Monday, August 05, 2013

Braga Permai

This is my most favorite cafe in Bandung for now! hahahha. Lemme describe you about the condition in this cafe.
Wait, where is Braga Permai? It is in the heart of Braga, Bandung City. If you use cab, just tell him to go to Braga City Walk, stop near Wendy's (next to Braga City Walk), cross the road, turn right. 10-20 steps ahead you will find Braga Permai.
Why I write this article in english? Because almost half guests/customers in Braga Permai are foreigners. I don't know why, maybe this place has been known as 'foreigners comfort zone' for them, or simply because they have many varieties of delicious meals :).

This place is so cozy in evening, especially when you come here at saturday night and choose outside seats. They have their own artists who perform acoustic everlasting songs. Their waiter and waitress are nice and friendly, some of customers here even have called them by names.

About the meals, hmm...all of them are mouth-watering. So far, I've tried these:
Food:
Lava cake
Souffle
Apple pie
Apple tart
Pannacota
Nasi Goreng Ayam, Nasi goreng Iga, Nasi Goreng Salmon
Crispy Duck Noodle
Pumpkin Soup
Aglio Olio
(kind of deep fried breast chicken with sunny side egg, french fries, and saute vegetable, I forgot the name, sorry)
(kind of foil-steamed red snapper with boiled egg and saute vegetable)
assorted kind of ice cream
Beverage:
Virgin Mojito
Green Float
.....(actually I tend to only drink their free-of-charge spring water, hahaha)

For foodies like me, this is such a small heaven. You can find several kinds of food in a place, so you don't have to go to each chinese or western or indonesian restaurant because they have it all. My recommendation...try the lava cake and apple pie for dessert, Nasi Goreng ayam or deep fried breast chicken....(which I forgot the name, just find it by yourself, haha!) for main course. I also recommend virgin mojito for your drink.
If you are a small-takers (the one who eat only a little), consider yourself to share a meal with your pair, because the portion is quite big and enough for 2 common indonesian people.

This place also has alcohol, so if you might want to enjoy Bandung's breeze evening air with a bottle of cold beer, wine, or vodka, you can have them here with a reachable price even for a common asian low-budgeted backpackers.

So, ;let's enjoy Bandung, the Paris van Java, from Braga Permai :)


Tokyo Connection and Pizzalogy Ciwalk

Sore tadi saya dan seorang teman makan di Tokyo Connection Ciwalk, yang terletak di lantai 2 nya Pizzalogy (jadi dlm 1 building ada 2 kafe gitu deh). Konsep keduanya sedikit beda, Pizzalogy lebih ke arah anak muda 15-20 th, nongkrong with the gank sambil rame2 makan pizza dan main kayanya adalah konsep yang 'terbaca' dari Pizzalogy. Tapi konsepnya agak beda begitu naik ke lantai 2. Tegel putih berubah jadi warna hitam, seakan ingin menunjukkan sisi 'glam', 'classy', dan 'tenang'. Emang bener, suasana di Tokyo Connection memang adem ayem dan lapang, dengan jendela yang dibuka lebar2, cermin gede di beberapa spot, lampu kuning, lilin, serta furniture kayu dan besi yang berwarna bold. Kayanya sih pangsa pasarnya 20 th ke atas dan family ya. Musik yang dipasang pun lumayan cozy dan ga hirukpikuk. Jadi tempat ini cukup pas untuk meeting semi formal, ngobrol semi nyantai, atau sekedar menyepi sambil baca buku.

Oke, tentang makanannya...saya nyobain:

dari tokyo connection
1. Chicken karrage curry -35k-
2. Beef teriyaki -35k-
3. Ice lemon tea -12k-
4. Green tea...(lupa namanya, pokoknya semacam frappe/blended grean tea with caramel and whipped cream topping deh). -harga lupa, 25k kl ga salah-
Overall makanannya standar, agak kecewa karena portioning nya kecil alias dikit banget. Mungkin ini karena harganya termasuk murah untuk cafe dgn interior yang furniture dan maintenance nya pasti ga murah. Rasanya juga kurang berkesan dan memorable, kurang otentik sebagai curry dan teriyaki. Untuk minumannya, ice lemon tea nya lumayan worth to buy, soalnya gelasnya gede, jadi abisnya lama hahaha. Untuk grean tea frappe nya, standar frappe dgn penampilan yang lumayan cantik.
Conclusion: Tempat ini asik buat nongkrong abis pulang kantor, sekedar baca buku, buat bikin meeting semi formal atau ngomongin proyek, nge-date yang rada classy, atau sekedar family time sore2 abis pegel keliling ciwalk. Buat minum, worth to buy deh. Harga dan yg disajikan setimbang. Tapiii kalo kalian lagi laper banget dan pengen makan banyak, hmm tempat ini kurang disarankan sama saya....

dari pizzalogy
Beef calzone -30k-
Rasa beef nya ga kerasa -_-, banyakan tomat sama bawang bombay. Calzone nya pun kempes dan dough roti pizza nya kerasa bgt masih undercooked. Yah 30 ribu doang sih...tapi mending harga naik dikit tapi kualitas bersaing kan -_-, soalnya saya pernah nyobain calzone di tempat lain yang harganya ga jauh beda tapi rasanya jauuh lebih enak.
Conclusion: buat anak2 SMP, SMA, atau kuliah tingkat 1-2, bolehlah buat kongkow2 disini sama temen2 se-gank, sambil main kartu atau ngegosip atau bahkan ngeceng (hahahaha), soalnya harganya lumayan bisa dijangkau untuk sekelas pizza di mall.

Friday, August 02, 2013

Swallow the ego and put aside the shame for your better relationship!

Beberapa hari yang lalu, saya berantem dengan kekasih saya yang terkasih. yang parah, sampe terucap kalimat "kita putus aja" dari saya. waduuhh.
berhari-hari kemarin, tiap bangun pagi, rasanya sedih campur kesel karena aku ga bisa nge-bbm/WA: 'selamat pagiii' . Hati pengen, tapi logika dan ego menolak mentah-mentah.
berhari-hari kemarin, hampir setiap detik (kalau ga lagi terdistraksi sama bayar ongkos angkot, jawab telepon, atau balas email) saya tanya jawab sama diri saya sendiri. Kamu siap ga sendiri? oh siap dong, temen gw banyak. Kira-kira ada yang bakal pacarin kamu ga abis ini? ada lah, aku ga jelek2 amat kok. Kamu tega ga dia TA nya kacau balau gara2 kamu putusin? Engga sih, tapi masa sih dia bakal kaya gitu, engga deh kayanya. dan 1 pertanyaan yang ga bisa kusangkal, Kamu ikhlas ga menyaksikan kalo dia punya orang lain, yang buat dia bahkan lupa dgn keberadaanmu karena ada orang itu di dekatnya? Enggak, hem tapi mungkin butuh waktu kali ya. Brapa lama untuk bisa ikhlas? hell yeah, tapi mungkin Seumur hidup.
itu tuh semua yang muter-muter di kepala saya. sampai pada suatu titik dimana saya kesal sama diri saya sendiri. kenapa saya ga bisa jadi orang yang selalu bisa bikin dia senyum dan bukannya kesal seminggu sekali, kenapa saya ga bisa punya kapasitas sabar yang lebih besar buat dia, kenapa saya ga bisa jadi cerminan Amsal 31 buat dia? kesal. entah impuls emosi sebelah mana yang bikin saya menarik kesimpulan bahwa: mendingan dia sama yang lain aja, yang siapa tau bisa bikin dia lebih bahagia.
itulah kenapa hari itu saya dengan bodohnya pengen menyudahi aja semuanya. karena egois saya yang ga rela untuk lebih lama dibikin kesal, dibikin nunggu, dibikin gondok karena dia yang suka ketiduran, dibikin nangis krn gatau mesti bilang apa tiap kami berantem.
tapi setelah banyak membaca buku dan cerita ke seorang kakak, saya jadi sadar kalo kami punya ego yang sama-sama tinggi. Ego dia tinggi, itu kelihatan dari sifatnya yang 'anti-mengejar', susah buat narik kalimat sendiri kalo ga sengaja keucap, dan gengsi buat ngehubungin duluan tiap abis berantem. saya pun begitu, sebelas-duabelas.
cuma saya diingatkan kalau kita memang benar-benar menyayangi sesuatu/seseorang, kita akan mampu menurunkan ego kita demi mendapatkan yang kita inginkan. contoh? orang yang nge-fans sama pemain bola atau boyband, rela bajunya dicoretin spidol atau telanjang dada biar badannya ditandatangani oleh tokoh idamannya. atau kalau back to Bible, Tuhan Yesus saking sayangnya sama salah satu jenis ciptaannya, yaitu Manusia, dia menurunkan drastis ego nya dgn menjadi manusia yang mortal, yang miskin, dan yang punya nasib untuk mati dengan cara yg paling hina saat itu.
makanya akhirnya saya ajak dia ketemuan. susah banget waktu itu ngetik BBM buat ngajaknya loh. selain itu, sebelum ketemuan pun, saya jadi rutin ucapin selamat pagi, semangat TAnya, jangan lupa makan, dll dll. itu semua adalah manifesto dari saya menekan ego saya dalam-dalam. Sulit banget rasanya, kayak perang sama diri sendiri.
waktu ketemuan di suatu kafe, kalo ngikutin hati, saya cuma pengen bilang: "aku ga mau putus, udahan yuk marahnya, aku sayang sama kamu, maafin aku kmrn khilaf bilang putus." tapi si ego yg masih rada tinggi dan logika (ini nih resiko jadi cewek yang dididik di ITB, logika nya berkembang jauh dibandingkan cewek2 unpad) membuat saya jadi ngomong muter2 dan ga jelas. sampai pada suatu ketika dimana pas kami makan banana split (untung jadi kupesen! dia salah satu item penyelamat hubungan kami), dia nanya: jadi kamu ini siapaku? jadi aku ini siapamu? di sana saya baru sadar... mungkin susah banget buat dia yg udah saya 'putus'in lewat telepon untuk saya ajak ketemuan tatap muka mungkin dia masih ga terima dengan kebodohan saya, tapi toh dia masih bisa becanda sama saya dan bukannya kabur ninggalin saya. mungkin dia juga sudah lebih dulu menelan ego dan gengsi dia dengan duduk di kafe itu, pesan cokelat mint dan makan es krim sharing sama orang yang 3 hari sebelumnya (mungkin) bikin kepala dia perang dunia ke III.
di momentum itu, saya sadar betapa egois saya sama dia. betapa banyak hal2 yang dia lakukan kuanggap sepele, pdhl sebenarnya dia juga udah susah payah ngelakuinnya buat saya. di momentum itu juga, aku berpikir, this is now or never. I swallow my ego, put aside my shame, and control my voice by saying: "aku pacarmu, kamu pacarku."
dan masalah ternyata bisa selesai dengan sendirinya.
saya belajar banyak dari berantem kami kemarin.
saya belajar bahwa begitu banyak hal yang selama ini dia lakukan yang kurang saya apresiasi, atau bahkan saya anggap remeh. Saya terlalu berkutat untuk mengitung hal jeleknya. Saya menyesal, dan mulai kemarin saya belajar untuk memaknai setiap hal baik yang terjadi pada kita. Saya belajar bahwa cinta bisa bikin seseorang ga peduli akan eksistensi / egoisme dirinya. Saya belajar bahwa lebih banyak saya melepaskan (melepaskan keinginan untuk di'kejar', diajak baikan duluan, serta melepaskan keinginan untuk marah-marah dan menyalahkan keadaan) justru membuat saya menerima lebih banyak hal baik.
terima kasih udah mau bersama saya 3 tahun 11 bulan 27 hari ini. terima kasih sudah menerima kebodohan-kebodohan saya dan menjadi samsak untuk kemarahan saya. terima kasih sudah membuat saya belajar banyak hal untuk nantinya semoga bisa jadi wanita seperti di amsal 31. terima kasih untuk bisa membuat saya merasa berarti.
tetap berjalan bersama ya Bang.

Membuat Surat Bebas Narkoba

Jadi, karena kepentingan untuk melamar pekerjaan di suatu BUMN, saya harus membuat surat keterangan bebas narkoba. Saya pun  tanya kanan kiri depan belakang tentang gimana caranya buat surat itu. Dulu, duluuu sekali waktu jaman SMP, saya juga udah pernah bikin surat semacam ini, buat tes masuk TN. Tapi memori saya tentang administratif pengurusannya entah kenapa hilang lang lang! mungkin karena dulu semua udah diurusin sama Papa kali ya, jadi saya tinggal ikutin dokter aja diperiksa ini itu anu.

Akhirnya saya tahu, kalau mau ngurus surat keterangan bebas narkoba itu lokasinya di Polwiltabes / Kantor Kepolisian Pusat di Povinsi. Kalo di Bandung, lokasinya di seberangnya gereja katedral...di jalan Jawa. Begitu saya masuk ke poliklinik tempat membuat surat, saya bertemu dengan seorang dokter. Beginilah kira-kira percakapannya.
Dokter (D): Ya ada apa?
Saya (S): mau bikin surat bebas narkoba, Dok. Bisa?
D: oh bisa, tapi syarat2 nya udah dibawa?
S: hah, syarat apa dok?
D: pas foto 4x6, fotokopi ktp, dan....uang administrasi Rp 150.000,00
S: (masih polos) oh saya bawa dok. (untung aja kebiasaan bawa pas foto dan fotokopi KTP kemana2, jadi aman. Tentang duit, untung baru ambil di ATM, niatnya sih buat makan....)
D: oh bentar ya....
trus si dokter manggil2 seorang wanita yang berbaju polisi. Dari yang saya liat, mbak2 cantik berbaju polisi itu ga mungkin dokter, ga mungkin pernah pendidikan jadi perawat, ataupun pendidikan profesional untuk kesehatan lainnya. Kenapa? Nanti prediksi saya terbukti di bawah.

Syarat-syarat administratif itu lalu saya berikan ke mbak polisi. Saya kemudian diberi tabung untuk wadah urine.
S: Toiletnya dimana bu?
Mbak polisi (P): oh di luar ada
whaaat? poliklinik kepolisian tingkat provinsi ga punya toilet sendiri?
saya pun keluar dan setelah nanya-nanya sama orang di luar 'toilet dimana?', saya nemu plang "toilet umum" yang lokasinya nyempil di belakang sebuah warung.
emang polisi se-nggak ada duit itu ya buat instalasi toilet gratis buat masyarakat yg dtg? sampe mesti nyari objekan bikin toilet umum?
kesabaran saya masih dalam batas.

Setelah dari toilet dan menyerahkan sampel urine ke mbak polisi, saya pun ditensi. Nah dari sini saya bisa lihat kalau si mbak polisi ini kayanya cuma seorang mbak polisi biasa yang di training singkat oleh dokternya biar bisa tensi. Mungkin krn masih amatir, keliatan banget kikuknya saat pasang dan ngukur tensi saya. Tapi ya udahlah. Masih bisa sabar.

Ternyata surat itu baru akan selesai dalam 2 hari. Pas pulang, saya baru nyadar....biasanya kan kalo ada biaya administratif, bukti administratif nya juga harus ada dong. ya ga sih? misal kamu cetak foto, transfer duit, beli makan di mcd, atau pijet di spa, pasti ada bon/struk nya kan? kalo belanja di warung yg cuma 10 ribuan mungkin ga masalah, tapi ini 150000 loh! ga kecil....dan knapa ga ada kuitansi atau apa ya? emang se-nggak ada duit itu ya polisi sampe beli kuitansi aja ga bisa...

2 hari kemudian saya datang ke kantor yang sama. Kali ini sama pacar saya.
S: Bu, surat saya udah jadi? atas nama Rinna
P: Oh udah nih. Mau dilegalisir? Kalo iya, fotokopi dulu di depan. baru ntar dicap disini.
S: oke bu.
saya pergi ke tukang fotokopian di luar (lagi2 di luar! apa mahalnya sih invest dan maintenance printer-scanner-copier dan kertas di dalam poliklinik?). Dan, asal kalian tau...jangan pernah fotokopi di tukang fotokopi dalam daerah polwiltabes! masa 1 lembar 500? di kampus saya, 500 bisa buat 5 lembar. Omaigat!!

Ketabahan saya akan bayar ini itu anu udah mulai habis. Pas saya menyerahkan fotokopian buat di cap, saya langsung nanya frontal.
S: bu, ini saya ngecap-ngecap nanti kena bayar lagi ga?
P: oh engga kok dek (sambil senyamsenyum)
S: oh bagus deh bu, soalnya disini apa-apa bayar, trus mahal ga kira-kira lagi. (sambil ngeloyor ke bangku yang disediakan).

Finally, surat saya beres. Fiiuuh. Rasanya ga pengen berurusan di sana lagi. Begitu banyak kritik dan hal-hal yang menurut saya tidak logis ingin dimuntahkan. Tapi daripada saya dipenjara gara2 pencemaran nama baik? mending saya cerita ke temen2 deket saya aja, di blog terlalu riskan kali ya :).

Yang pasti, saya jadi makin semangat untuk bisa suatu hari masuk ke lingkup birokrasi negara ini, biar saya bisa membenahi wilayah yang bisa saya 'sentuh', dan menyentil orang-orang lain agar membenahi wilayah yang tidak bisa saya 'sentuh'. Semoga sampai suatu saat itu tiba, otak saya masih waras, masih idealis, masih berjiwa muda, dan masih ikhlas untuk memajukan kepentingan umum daripada kepentigan pribadi/partai, hahahaha. PPKN banget ya, tapi udah ga banyak loh bapak2 birokrat di atas yang menerapkan ini.

Cheers!