Thursday, October 11, 2012

Kegalauan Karir


kalo orang-orang galau tentang cinta, saya galau tentang karir.

beberapa hari yang lalu, ada sejumlah temen seangkatan saya yang dihubungi sama Exxon untuk diajak interview kerja. Mupeng abiiiisss. hiksss......teman2 saya itu adalah top-top IPK di angkatan saya. Ga heran sih, secara Exxon kan 1st leading oil and gas company.

Saya, yang notabene IPK nya biasa banget jadi super galau tentang masa depan. saya udah memutuskan untuk kerja dulu setelah jadi sarjana. Tapi kerja dimana? itu susah banget ditebak.

Kata orang, ikuti minat. kalo minat disamakan dengan hobi. Saya juga ga bisa menjustifikasi suatu hal yang bisa saya sebut hobi favorit saya. tapi kalo ditanya, saya akan dengan tegas menjawab kalo ngerancang pabrik bukanlah hobi saya.

Kata orang, liat yang gajinya gede. Kalo gaji gede, umumnya mesti kerja di oil and gas company / service. Tapi saya masih agak khawatir juga kalo mesti ditempatkan di tengah laut atau di hutan rimba.

Kata orang, cari yang kerjanya nyantai. Kerjaan yang nyantai biasanya penghasilannya biasa aja, cenderung kecil malah. Mengingat kalo pas kerja saya juga mesti membiayai kedua orang tua saya dengan (pengennya) tetap bisa membahagiakan diri sendiri dengan penghasilan, rasanya saya mesti mikir dua kali untuk milih kerja yang santai.

Kata orang, pilih wirausaha, biar ga tergantung sama perusahaan. Hem, saya masih terlalu pengecut untuk menjadi seorang wirausahawati yang fresh graduate. Ini berdasarkan orang tua yang kurang merestui, dan sepertinya darah wirausahawan belum pernah ada di keluarga saya. Selain itu, mau dapat modal dari mana? hahaha.

Kata orang...kata orang...kata orang. Begitu banyak kata orang. Saya sampe bingung mana yang benar-benar menyarankan, mana yang sekedar membuat galau. Sampai sekarang saya masih bingung menentukan mau dibawa kemana masa depan ini. Pernah saking stressnya, saya becanda sama temen saya untuk banting stir buka warung makan aja. hahaha. Kacau sih ini.

Saya masih galau. Saya butuh masukan dari berbagai orang. The more the better. So may you give me views about careers?

Evaluasi 8 tahun Kepemimpinan SBY di Bidang Pangan


Evaluasi 8 Tahun Kepemimpinan SBY di Bidang Pangan

Hingga kini, penanganan pangan nasional belum juga teratasi.  Menjadi sangat ironi, negara agraris dengan tanah yang begitu subur, hampir semua produk pangannya impor. 

1.      Hingga saat ini reformasi di bidang teknologi pangan belum ada realisasinya.
Contoh: pada produksi padi, industri gula, garam, dan agrarian lainnya.
a.       Produksi Padi
Pemerintah memang sudah mencangkan perluasan lahan (ekstensifikasi) pada 2014, tapi belum ada improvisasi dari segi intensifikasi pertanian. Padahal sudah ada teknologi-teknologi, misalnya Padi SRI, yang dapat meningkatkan kapasitas produksi beras hingga 4x lipat per hektar.
Dalam metode dan penggunaan peralatan, mulai dari penanaman hingga panen, masih menggunakan peralatan yang sangat tradisional. Hal ini disebabkan oleh habitual petani yang sulit menerima masukan dalam bentuk pelatihan ataupun pemberian informasi mengenai teknologi baru. Selain itu, usaha yang dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kapabilitas petani masih kurang merata di semua tempat.
b.      Industri Gula
Pabrik gula milik Indonesia sudah sangat berumur (bahkan mencapai 100 tahun). Namun hal ini tidak diiringi dengan peremajaan peralatan dan teknologi yang memadai. Hal ini menyebabkan rendahnya efisiensi produksi gula.
Sebagai contoh: Sugar Group Company (Gulaku), menghasilkan rendemen sebanyak 12% dari bahan baku. Untuk jumlah bahan baku yang sama, Industri Gula Indonesia hanya menghasilkan rendemen 7-8%.
Birokrasi untuk membuat pabrik gula di Indonesia sangat sulit. Sebuah pabrik gula harus memiliki lahan beberapa ribu hektar terlebih dahulu.
Dari ketersediaan bahan baku sendiri, Indonesia memiliki potensi yang lebih besar untuk menghasilkan gula aren. Sayangnya, produksi gula aren di Indonesia masih sangat minim. Selain itu, kebiasaan masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan gula pasir dari gula aren.
Dari sisi produksinya sendiri, sebenarnya akan lebih menguntungkan jika gula diproduksi dalam wujud cair. Ini karena dibutuhkan energi lebih untuk mengubah fasa gula dari cair menjadi padatan. Padahal dalam penggunaannya, gula lebih sering dipakai dalam wujud cair daripada padat.
Dalam pengolahannya, terdapat hasil samping (byproduct) dari pengolahan gula, berupa molasses. Molases ini merupakan bahan baku yang potensial sebagai bahan baku etanol. Sayangnya, molasses belum dapat dimanfaatkan dengan baik oleh industri gula Indonesia.
c.       Industri Garam
Indonesia merupakan Negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Mirisnya, Indonesia hingga saat ini masih mengimpor garam. Yang lebih parah, Indonesia belum memiliki industri garam yang terintegrasi dengan baik, yang ada hanyalah petani-petani garam yang bergerak secara individual.
Sebenarnya sudah banyak ahli di Indonesia yang menguasai teknologi pengolahan garam. Namun, sepertinya kepedulian pemerintah terhadap bidang produksi garam masih rendah. Padahal, jika dikembangkan, industri garam dan turunannya mampu memberikan profit yang baik bagi Indonesia.
Selain ketiga sektor di atas, sebenarnya masih banyak potensi industri pangan di Indonesia, seperti: kelautan (ubur-ubur, ikan sidat / unagi, rumput laut), dairy products (daging, susu), dll. yang belum sempat dikaji lebih lanjut oleh HIMATEK.

2.      Perbaikan jalan dan sarana transportasi.
Dari tahun ke tahun seolah-olah tidak nampak perubahan nyata yang lebih baik. Sebenarnya banyak pihak swasta yang bersedia untuk beriinvestasi pada pembangunan infrastruktur (jalan, jembatan, landasan udara, pelabuhan, dll). Namun, kebijakan / birokrasi dari pemerintah menyulitkan pihak swasta untuk membangun infrastuktur. Infrastruktur yang kurang memadai ini secara tidak langsung mengakibatkan penambahan biaya produksi pada industri pangan.

3.       Masalah kebijakan Impor dan Ekspor
a.       Impor
Pemerintah sangat terlihat mengambil jalan pintas untuk mengatasi krisis sesaat dengan kebijakan impor tanpa diimbangi dengan kebijakan strategis untuk menyelesaikan persoalan jangka panjang.
"Sikap kami dalam mengimpor (beras) adalah untuk berjaga-jaga karena banyak proyeksi dari sejumlah lembaga yang mengisyaratkan anomali cuaca akan lebih banyak terjadi pada masa depan, sehingga ada kekhawatiran pasokan pangan tidak mudah," kata Gita Wirjawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat.
Contoh: saat FAO mengumumkan akan terjadinya krisis pangan, Indonesia pada bulan September 2012 mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor beras sejumlah 1 juta ton dari Myanmar.
Fakta:
·         Indonesia pada Januari hingga November 2011 mengimpor beras sebanyak 2,5 juta ton dengan nilai 1,3 miliar dolar AS dari negara seperti Thailand dan Vietnam.
·         Konsumsi beras Indonesia sebesar 140 kilogram per kapita per tahun.
·         Kementerian Pertanian pada 2012 menargetkan dapat memproduksi 67,82 juta ton gabah kering giling (GKG) yang sama dengan 37,98 juta ton beras dengan menggunakan lahan seluas 13,538 juta hektar.


b.      Ekspor
Saat ini, bahan pangan yang diekspor oleh Indonesia kebanyakan masih berupa barang mentah. Seperti halnya mineral, bahan mentah tersebut apabila diberi pemrosesan lebih lanjut, akan memberikan added value yang besar. Hal ini sangat merugikan Indonesia, dimana produk-produk jadi dari barang mentah tersebut diimpor kembali oleh Indonesia. Fenomena ini sebagian bukan disebabkan karena ketidakmampuan Indonesia untuk mengolah, tapi lebih disebabkan oleh kerangka berpikir masyarakat Indonesia yang ingin serba instan (dengan cara menjual bahan mentah untuk mendapat uang cepat).
Contoh:
Kakao. Indonesia merupakan produsen kakao nomor 3 di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Akan tetapi, industri cokelat di Indonesia yang ada di Inonesia hanya 1 (itupun milik swasta).

Monday, October 01, 2012

Informasi Oke (numpang baca dari blog orang)

Baru-baru ini saya liat suatu pengumuman di timeline twitter. Fulbright Scholarship sudah membuka diri untuk pelamar baru. Iseng-iseng searching di bos Google, saya nemu blog seorang dokter yang ngejelasin tentang Fulbright. Buat kamu yang berniat untuk daftar Fulbright Scholarship, alumnus Fulbright ini menceritakan dengan detil tips and trik untuk bisa membuat study objective. Lengkapnya bisa kamu lihat di sini.