Tadi pas makan siang di kantor tempat saya kerja praktek, salah seorang teman saya, namanya Rizka, teknik kimia ITS 2009, membuka percakapan.
Rizka (R): Eh, ini kan pabrik biji plastik, kira-kira dituntut sama bagian lingkungan (maksudnya mungkin semacam komunitas pelestarian lingkungan atau lembaga LH punya negara) ga ya...kan dia menciptakan ber ton ton biji plastik tiap tahun
Saya (S): hem, bahkan se jam aja udah puluhan ton. kalo sebulan diitung 20 hari produksi aja, trus dikali 12....gatau ah itu pasti udah banyak banget
R: iya juga ya. apa nggak dituntut ya? plastik kan penyebab global warming
S: hemm....tapi buktinya ampe skrg mereka masih jalan sih....mungkin aja mereka ga dituntut krn mereka itu sektor hulu, cuma bikin biji plastik tok , jadi ga keliatan dan ga kuat juga nuduh mereka yang bikin sampah plastik makin menggunung. Biji polietilen dan polipropilen kan bisa dibikin jadi apa aja, misal ember, botol minum, pipa PVC, dan plastik pembungkus. Jadi kayaknya bisa aja kalo orang-orang mau nuntut mereka, perusahaan ini bisa berdalih: kami kan bikin bahan baku pipa, bikin bahan baku galon dan tumbler...
R: hemm bener juga ya.
S: kasian yang perusahaan sektor hilir nya sih, yang udah jelas2 ketauan kalo mereka produsen botol minum air mineral, misalnya....mungkin yang begitu2 baru dituntut..
Mengingat percakapan barusan, sambil melanjutkan makan siang tiba-tiba saya teringat....saya tergabung dalam komunitas peduli lingkungan, bahkan menjadi wakil presiden untuk chapter bandung....saya mendadak merasa bersyukur untuk menolak kesempatan beasiswa ikatan dinas dari perusahaan ini. Mau ditaruh dimana muka saya kalo rekan2 saya tahu kalau saya ikut andil langsung dalam proses perbanyakan plastik di bumi indonesia. Omaigat. Thanks God for reminding me.
Kalo ditimbang2, saya juga masih bingung untuk memvonis apakah perusahaan biji plastik berkontribusi aktif dalam perusakan lingkungan atau kah tidak. cuma naluri kemanusiaan saya mulai hari ini menuliskan satu syarat tambahan untuk perusahaan tempat saya bekerja kelak:
"sebisa mungkin saya akan bekerja di perusahaan yang tidak berkontribusi aktif terhadap pengrusakan lingkungan. Kalaupun pada prosesnya akan ada pengrusakan, saya harap saya akan bekerja di perusahaan yang bertanggungjawab dan bersedia mengembalikan kondisi dari kerusakan yang diciptakannya dalam jangka waktu yang sudah disepakati. bahkan lebih baik lagi kalau perusahaan tsb justru memberi kontribusi positif terhadap kelestarian lingkungan"
semoga perusahaan semacam itu ada dan saya bisa menjadi bagian didalamnya.
dan saya rasa, perusahaan itu bukan di tempat ini.
Lamunan saya terpecah ketika teman saya mengajak saya kembali ngobrol. Ah jam makan siang sudah mau habis.
No comments:
Post a Comment
Feel free to put on your thoughts about my writings :)