baru aja saya ngeliat nilai prokom saya
saya ga berani bilang kalo nilainya jelek, karena saya menghargai perasaan teman2 yang merasa nilainya lebih hancur.
tiba-tiba saya teringat percakapan saya dengan ayah saya. dulu, dulu sekali, saat saya masih SD, masih sangat awam akan kehidupan.
saya: Pa, aku rangking 1 lagi hehehhe
papa: wah skarang kamu paling pintar di kelas ya...tapi jangan sombong
saya: yah, kan aku udah jadi rangking 1
papa: iya, tapi kan kamu udah biasa jadi yang paling pinter diantara mereka.
pernah ga kamu jadi orang yang paling bodoh diantara orang2 pintar?
saya: belom
papa: berani ga kalo kamu jadi orang yang paling bodoh diantara orang pintar?
saya: berani dong. sebodoh-bodohnya aku diantara orang pinter, aku kan diantara orang lain tetep pinter, hehehe
papa: bagus, anak papa emang pinter!!
..............
hhhhhh
rasanya ingin memiliki rasa semangat yang sama. semangat yang dulu waktu SD yang dengan gampangnya muncul dari dalam diri.
menjadi yang terbodoh diantara orang pintar.....
ijinkan saya sejenak untuk bersikap ironi, tapi itu yang dirasakan saat ini
di tengah kalimat saya kepada teman-teman:
-udah, santai ajaa...
-jangan berorientasi nilaaii...kita ga cari nilai...
-ga usah dibawa stress...
-jangan SO...sisihkan waktu untuk kegiatan lain...
itu bukan bullshit kok. sepenuh hati saya mengatakan itu.
saya ga (at least sampai sekarang belum) pernah ngotot dengan nilai. saya tipe orang yang kalo ada orang ngotot lewat di depan saya, daripada saya ketabrak dan jatoh sendiri, mendingan saya jalan pelan biar kita ga tabrakan.
tapi yang membuat saya sedih saat ini adalah
ketika saya menyadari bahwa saya belum bisa membanggakan orang tua saya dengan pencapaian akademik saya. saya bukan orang yang berada, bukan pula miskin. pas, bisa dibilang begitu. rasanya sedih dan miris jika membayangkan ayah saya kesana kemari bekerja supaya bisa memberi uang bulanan rutin kepada saya....tapi saya balas dengan pencapaian yang seperti ini.
ketika saya menyadari bahwa saya belum bisa memuliakan Tuhan dengan pencapaian akademik saya. mungkin saya aktif di pelayanan, saya rutin beribadah....tapi rasanya pencapaian akademik saya saat ini belum dapat mencerminkan firmanNya: "kamu akan menjadi kepala dan bukan ekor". Saya masih menjadi ekor, Tuhan. Saya percaya Dia tidak membenci saya, tapi saya tahu Dia kecewa, karena saya tidak mampu menjadi cerminan diriNya, menjadi teladan bagi orang2 disekitar saya.
saat ini memperoleh semangat sulit sekali
mungkin orang berteriak di telinga saya mengucapkan kata semangat
tapi api yang ada di dalam diri sudah nyaris padam
dan saya tahu, yang sebenarnya bisa menumbuhkan semangat ini adalah diri saya sendiri
bukan teman, bukan keluarga, bukan orang lain
ketika saya menulis ini, terbayang wajah ibu yang siap mendengar semua keluhan saya
sudah terasa tangannya yang keriput membelai kepala saya ketika air mata saya sudah menitik
dan berkata,"nggak apa2, udah paling pinter boru* mama ini"
meski sebelumnya berbagai interupsi datang mengenai mengapa sampai saya tidak bisa mendapat nilai bagus
ketika saya menulis ini, terbayang waktu yang sudah saya buang percuma
melakukan hal-hal yang tidak berguna, yang cuma menghabiskan tenaga dan uang papa
ucapan papa sudah menjadi nyata. sekarang saya mengerti kenapa hampir setiap saya bagi raport papa selalu bertanya seperti itu.
supaya saya mengingat akan hal ini, saat ini, di saat saya sedang jatuh.
supaya saya ingat, bahwa saya memiliki semangat yang luar biasa
yang cuma saya sendiri yang bisa memunculkannya
maafkan aku ya papa mama. belum bisa membanggakan kalian
maafkan aku ya Tuhan. belum bisa menjadi terangMu.
aku tahu, ini jalanku. aku tahu, ini konsekuensiku. aku hanya anak bodoh yang belum bisa mengakui keadaan bahwa aku sudah besar, bahwa aku harus memulai kompetisi ini, bahwa aku sudah harus mulai keluar dari dunia nyamanku, bahwa aku semakin dekat dengan kehidupan nyataku.
disaat semangat itu pudar, disaat keputusasaan mulai muncul, disaat rasa tidak percaya diri mulai menjalar, disaat rasa iri mulai mengganggu....
itu bukan saatnya untuk menutup diri, membenci sekeliling, dan berusaha mencari alasan atas semua excuse
itu saatnya untuk mulai bercermin, menatap yang sudah-sudah, mengevaluasi diri sendiri, mempersiapkan yang akan dihadapi
aku cuma anak bodoh yang belum memaknai hidup ini, belum memiliki passion atas semua yang kukerjakan.
aku cuma anak bodoh yang masih bandel untuk belajar tentang hidup.
aku cuma anak bodoh yang belum bisa mensyukuri kehidupanku
aku cuma anak bodoh, ditengah segerombolan anak pintar, yang masih berusaha memenuhi janjinya pada orangtuanya
untuk tetap menyalakan api semangat yang hampir hilang ini.
No comments:
Post a Comment
Feel free to put on your thoughts about my writings :)