Disclaimer: Saya bukanlah promotor, tim sukses, orang yang dibayar, atau bahkan akrab dengan keduanya. Saya hanyalah massa ITB yang pengen mengutarakan pandangan saya tentang calon pemimpin saya di kampus kelak, di diary saya sendiri.
Halo blog ku tercinta. Halo juga semua yang (mungkin) membaca blog ku. Sekarang di ITB sedang riuh dengan Pemilihan Calon Presiden Kabinet Mahasiswa....atau yang lebih gampang disebut PEMIRA ITB. Pemira kali ini menurut saya jauuuuh lebih seru daripada PEMIRA tahun kemarin, entah kenapa. Saya sendiri lebih merasa antusias mencari tahu tentang calon-calon yang sekarang dibanding yang tahun kemarin....
Sebenarnya sudah banyak sekali tulisan tentang kedua calon. Oh ya, calonnya ada 2.
1. Yorga Permana, MRI 2009. Beliau adalah teman sekelas saya saat TPB. Orangnya cerdas, jago ngomong, anak dosen, dan mantan ketua OSIS SMAN 3 Bdg. Dari TPB (seinget saya) saya udah tau kalo doi udah punya niatan jadi presiden KM. saya saluttt bgt saat itu mengingat saya waktu TPB hanyalah bocah yang masih merasa linglung dan takjub mengapa saya bisa masuk ITB.
2. Nyoman Anjani, MS 2009. Saya ga pernah kenal nih sama Nyoman. Ketemu langsung dan ngobrol aja belum pernah. Tapi dari TPB saya udah denger namanya disebut2 oleh para kaum adam, soalnya Nyoman ini terkenal cantik banget....pas liat langsung orangnya, emang cantik sih (bahkan sebagai seorang perempuan normal saya bisa berpendapat seperti ini). Kata orang2 sih Nyoman itu pecinta alam, orangnya juga cerdas dan aktif himpunan. Kalo liat di web nya sih kayanya orangnya nyeni juga ya.
Nah cukup deh untuk pandangan subjektif saya dengan kedua calon. Saya sekarang pengen banget ceritain pandangan saya tentang proker2 mereka. Hmm karena ada istilah "ladies first", jadi saya mau kulik tentang #yukbergerak yang dibawa oleh Nyoman dulu ya. Saya bakal bahas kelebihannya di mata saya. Saya sudah cukup eneg dengan tulisan2 yang saling mencari kekurangan. Menurut saya, seorang yang cerdas haruslah lebih bisa saling mencari kelebihan daripada mencela.
Tenang, abis ini bakal ada tulisan tentang #melukisIndonesia nya Yorga juga kok hehe.
Visi: KM-ITB sebagai pelita pergerakan kaum muda untuk Indonesia
Hem, dari kalimatnya sendiri udah 'nampar'. Kenapa? Dari tulisan ini saya sadar kalo mahasiswa ITB (mungkin termasuk saya) masih banyak yang mager, males bergerak. Mager ngapain? Macem2, silakan definisikan sendiri. Kalo saya sendiri, saya pribadi mengaku kalo saya masih suka mager untuk protes ke rektorat kenapa kok susah banget mau refund uang SKS yang batal diambil pas PRS, saya mager untuk belain Bu eneng (ibu2 yang suka jualan di himpunan saya) biar ga diusir sama K3L krn jualan, mager untuk protes ke ITB kalo kantin2 ga memadai, dan mager lain-lain yang sebenarnya saya udah tau masalahnya tapi saya ga mau ikutan repot menyelesaikannya, dan malah sibuk nge-kritik di belakang bareng temen2 yang lain.
menurut saya udah OK banget tuh bikin kalimat KM-ITB sebagai pelita pergerakan. Pelita adalah penerang untuk menunjukkan jalan. Pelita itu bukan senter yang bisa bikin terang sampai jarak 100 m lebih. Pelita juga tidak identik dengan obor yang membara dan bikin batuk2 yang pegang. Pelita itu identik dengan lilin, yang mungkin cuma menerangi sampai 4 langkah ke depan. Dari diksi nya, saya melihat ke-humble-an tim Nyoman yang (keliatannya) ga mau membuat KM menjadi suatu lembaga yang superior dan sok tau tentang pergerakan, bahwa KM ITB adalah pelita, yang mungkin cuma tau 1-2 langkah lebih jauh, tapi setia menemani (ceilah...).
Misi:
(1) KM ITB Muda Harmonis
Harmonis maksudnya bareng2 seirama gitu kan yah. Kalo kata saya ini bukan hal yang baru lagi. Mungkin ini adalah lanjutan dari niat baik kak Anjar dalam jargon "Ganesha merangkai titik temu" nya. Mungkin Nyoman ingin melanjutkan kerja keras kak Anjar yang sudah berupaya untuk "mempertemukan". Kini (mungkin) Nyoman ingin semua yang sudah bertemu itu jadi bisa berjalan dengan harmonis.
Hem, bagus nih. Kalo di himpunan saya, (dan kayanya di himpunan lain juga ada) ada divisi keprofesian. Salah satu topik yang dibahas dalam divisi keprofesian himpunan saya adalah tentang biogas. Nah ternyata, himpunan di depan saya, Nymphea. juga ngebahas biogas. Nah ternyata beberapa himpunan lain juga ngebahas itu. Saya (dan banyak temen sehimpunan) kayanya baru sadar setahun kemarin deh,,,coba seandainya diskusi ini dari awal bisa melibatkan banyak spesialis ilmu, pasti hasil kajiannya lebih manteb. Nah ke-harmonis-an seperti ini memang harus diciptakan, kan bisa saling menambah ilmu dari disiplin lain...dan masalah biogas memang sepertinya harus dipecahkan oleh banyak scope pemikiran deh.
Melalui proker "KM ITB milik kita semua" (yang kayanya juga dibawa oleh presiden2 yang lalu2) tampaknya Nyoman ingin menyadarkan kalo KM itu bukan cuma punya kabinet, bukan organisasi lain, bukan himpunan ke sekian, dll. Semoga paradigma saya kalo "sebagian besar anak KM itu eksklusif banget, banyak omongnya, aksinya dikit, dan ga ngebantu banyak" bisa terhapus kalo proker ini dilaksanakan. Brilian.
(2) KM ITB Muda Dinamis
Dinamis artinya tidak statis (ya iyalah), maksudnya ya jika ada yang ingin diutarakan ya diutarakan, jangan dipendam. Jika ingin berpendapat ya monggo. Ga asik sih sebenernya waktu dulu saya pernah liat spanduk di sunken court yang terkesan "menyentil" kabinet. Agak aneh ya, padahal kan kita satu keluarga mahasiswa, kenapa sih mesti ada aksi2 kaya gitu. Kalo ga suka ya utarakan aja. Nah seandainya Nyoman maju, melalui "ekpresi kampusku", saya harap yang begini-begini ga ada lagi. KM harus bisa se-terbuka mungkin sama semua golongan. Dan golongan2 juga harus se-open minded mungkin dan se-ikhas mungkin menyampaikan pendapatnya, dengan cara yang terpelajar tentunya.
Selain itu, proker "Pagelaran Seni Budaya" (yang juga udah ada dari kepengurusan kapan tau ya hahaha) juga bisa sih mengakomodir hasrat2 orang2 penuh seni untuk berekspresi di tengah ke-teknik-an kampus ini. Isei?! (hahaha maaf saya bawa2 unsur unit saya tersayang).
(3) KM ITB Muda Berbakti
Ini nih yang fresh menurut saya. dari obrolan2 singkat saya sama supir angkot, ibu2 warung belakang, atau siapapun rakyat di sekitar ITB, sering saya dapet tanggapan kalo adanya ITB di jalan ganesha kok kayanya ga memberi dampak membangun bagi rakyat di sekitarnya.
Ada ga sih anak ITB yang sadar kalo tiap hari anak2 di bawah jembatan pasopati main2 di dekat tumpukan sampah?
Ada ga sih yang peduli kalo pengemis di sekitar ITB ga berkurang2 selama kalian kuliah disini?
Mungkin ada, tapi seliat saya ini masih gerakan organik (kecil2) dan belum terorganisir. Mungkin temen2 yang ngadain acara "gondjang gandjing" udah luar biasa keren menangkap permasalahan ini. Saya juga dulu pernah bareng Indonesian Future Leaders Bandung (IFL Bandung), bukan lewat kampus, bikin acara 17-an bareng anak2 kolong jembatan pasopati di deket Baltos. Pengmas2 himpunan juga udah banyak kan...artinya yang sadar untuk berbakti itu udah banyak...nah harus ada keselarasannya nih biar pergerakan organik ini bisa semakin baik, terencana, dan bisa mencapai gol yang lebih mantab. Banyak banget loh pembelajaran yang bisa dipetik dari pengmas, comdev, atau comserv....seriusan. Saya makin cinta negara ini setelah disadarkan kalo saya itu sebenernya bisa berperan untuk membantu kaum yang membutuhkan lewat Pengmas Himpunan saya dan lewat acara2 organisasi yang saya ikuti di luar (Garuda Youth Community Bandung dan dulu di IFL Bandung).
Dalam proker yang turun dari misi ini, "Ekspedisi Pelita Muda", tampaknya Nyoman ingin teman2 yang lain juga merasakan sensasi tersendiri ketika meng-eksplor kehidupan nyata di luar kampus, dan belajar serta memberi pembelajaran dari sana. Mungkin Nyoman ingin kita keluar dari zona aman kita, sejak sekarang, sebelum tiba saatnya kita (siapa tau) diberi amanah untuk menjadi pemimpin bangsa...atau minimal jadi pemimpin keluarga kita kelak deh. menurut saya pribadi, mahasiswa ITB mesti memberi corak bagi bangsa ini.
Ketiga misi yang sudah diturunkan dalam proker2nya menurut saya dominan merupakan gerakan horizontal yang ke'luar'. Artinya, gerakan2 yang diusung Nyoman (menurut saya) lebih ingin membuat anak2 ITB lebih sadar akan kondisi nyata dan melebur ke masyarakat untuk menolong mereka dengan kapabilitas masing-masing sekaligus belajar dari mereka, sehingga nantinya citra ITB (mudah2an) akan terlihat lebih "berguna" bagi masyarakat. Saya rindu loh ITB balik kaya dulu, pas wisudaan alumni nya diarak sama masyarakat sekitar, bukan sama massa himpunannya.
Prediksi saya, jika Nyoman yang jadi Presiden KM, nama ITB akan menjadi lebih "heroik" di masyarakat, lebih harum, dan lebih rendah hati. Tapiiii, gatau deh internal kampus ITB (massa-nya) akan seperti apa, karena saya melihat (dari proker, cara menjabarkan proker, dll dll) bahwa persentase fokus untuk ke-luar lebih besar daripada ke-dalam.
Nah, ini deh pendapatku, apa pendapatmu?
No comments:
Post a Comment
Feel free to put on your thoughts about my writings :)