Hadiah Terindah
Kenangan di TN??? Untuk usia sebaya saya, saya yakin akan ada 50% cerita tentang PDK, 12% tentang kisah asmara, 25% tentang pelajaran dan sekolah, dan sisanya tentang persahabatan. Tapi, yang hingga saat ini saya kenang adalah sesuatu yang berbeda dari biasanya. Sesuatu yang agaknya sulit untuk saya lupakan…..
9 Juni 2007, 22.30
“kalau kamu kangen mama, lihat saja bintang di langit, dan sampaikan rasa kangenmu, mama ada di situ….”
Ucapan Mama sehari sebelum aku berangkat ke Magelang kembali terngiang di telingaku. Kutengadahkan wajahku. Malam ini langit mendung dan kosong, tak satupun bintang mau memamerkan sinarnya.
“Hhmmmppffhh…..” aku menghela nafas sekuat-kuatnya, berusaha menghilangkan berjuta ton beban yang menumpuk di dasar hatiku. “Ma…..Mama dimana??” ucapku lirih. Detik demi detik berlalu, malam semakin lama semakin pekat, aku pun pergi tidur dengan hati penuh gejolak duka….
* * *
10 Juni 2007, 05.29
Sinar mentari pagi yang berlomba masuk lewat jendela sedari tadi telah berusaha membuka kelopak mataku, namun entah mengapa mataku enggan untuk melakukannya. Itu bukan artinya aku masih mengantuk atau apa, aku sudah sadar sejak 1 jam yang lalu. Ingin rasanya aku menutup lagi mataku, kalau saja rutinitas tidak memaksaku……
Aku pun membuka mataku perlahan, berusaha menyatu dengan kenyataan.
Sedetik kemudian aku tersadar, ini sungguh berbeda dari biasanya.
Tidak ada lagi tatapan hangat dan suara merdu Mama yang menyambutku sesaat setelah aku menyibakkan selimutku…
Tak ada lagi orang-orang yang berusaha menghancurkan tempat tidurku….
Dan yang paling mengena adalah…tak ada lagi doa pagi yang dilantunkan oleh suara baritone papaku yang khas….
Tak ada lagi yang menyambut hari ini….
Hari spesial untukku, karena usiaku bertambah satu….
Detik berikutnya, aku menyadari, inilah kenyataan yang harus kuhadapi. Di depan mataku, kini terhampar rutinitas membosankan yang harus aku lakukan…..LAGI.
“Hmmpffhh….”aku menarik napas lega. “Selamat ulang tahun, Santi….” Ucapku lirih.
“…………”
“…………”
“Cempakaaa….25 menit lagi turuuunn!!!!” terdengar teriakan keras Amna, si Ketua Graha, dari bawah.
“Hhhhh…..Brasso, Semir, setrika, dimana kalian???Ini sudah stengah 6!!” Teriakku dalam hati, putus asa. Rutinitas pun akhirnya dimulai….LAGI.
* * *
Pagi itu aku menolak untuk mengajar Sekolah Minggu, seperti yang biasa kulakukan bersama Tasya. Entah mengapa jiwaku yang biasanya ceria kini berubah menjadi sendu dan melankolis begini. Tapi, tetap saja aku memilih untuk berangkat mendahului, tanpa apel terlebih dahulu. Aku sedang ingin menyendiri….
Kulangkahkan kakiku menembus cuaca dingin Magelang yang khas. Baru berjalan beberap meter, hidungku menyapa lembutnya harum tebu yang baru ditebang, tebu P.A, begitu kata orang-orang. Mau tak mau pikiranku menerawang. “P.A….2 tahun lagi….masih bisakah aku bertahan??? Bahkan dengan kondisi biasa seperti ini pun aku sudah tidak betah…”
Ibadah sudah dimulai ketika aku melangkahkan kaki memasuki gereja P.O.U.K. Aku menuju bangku terdepan, tempat biasa. Beberapa tangan menyambutku. Kutengadahkan wajahku yang sedari tadi menunduk. Terlihat wajah-wajah bahagia Ebeth, Kak Astel dan Kak Laura yang tersenyum sambil mengulurkan tangan mereka kepadaku.Dengan hati yang gamang kusambut uluran tangan mereka, yang disertai dengan ucapan selamat ulang tahun. Kukembangkan senyumku dengan sempurna. Ternyata masih ada yang ingat hari ini, pikirku. Tapi entah mengapa hatiku tidak dapat menampilkan senyum sesempurna bibirku. Ada yang kurang, seperti ada yang kunantikan, tapi belum kudapat, entah apa….Hmmm…mungkin hanya pikiranku saja….
“Tuhan, saya hari ini ulang tahun. Terima kasih karena Engkau sudah memperbolehkan saya untuk hidup 1 tahun lagi. Tuhan, meskipun tidak ada keluarga saya disini, dan tak ada satupun kado yang dialamatkan pada saya hari ini, kiranya Engkau mau merayakan hari ini dengan saya, meskipun cukup di dalam hati saja….Amin”.
Bibirku terus komat-kamit memanjatkan doa. Doa yang kuantarkan dengan khusyuk dan niat yang murni.
Ketika kubuka mataku, sudah ada beberapa tangan menyambutku. Ternyata Kak Olive dan Kak Dea. “Selamat ultah!!!” ucap mereka hampir bersamaan. Kujawab ucapan mereka dengan seulas senyum yang tulus.
Hmm….mungkin sudah mesti begini, tidak akan ada yang special, semua sudah berbeda….
Hari tu aku mendaftarkan diri untuk pesiar. Sebenarnya, aku tidak ada niat sama sekali untuk pergi keluar kampus, mengingat cuaca di luar sangat terik. Tapi malam sebelumnya, ketika aku menelepon ibuku, beliau MEMINTAKU untuk pesiar dengan alasan agar aku dapat menghubunginya lewat HP-ku yang dititipkan di Arema. Hmmmppppffhh…..untuk ikut apel PKS saja aku sudah ogah-ogahan…..
Entah mengapa hari itu aku lolos hanya dalam 1 kali apel saja. Padahal, menurutku, bajuku yang (menurutku) kebesaran dan sepatuku yang (menurutku pula) tidak mengilap akan memulangkanku ke graha. Tapi, eh…eh….dengan 1 kali apel saja, aku sudah dapat izin untuk keluar….Hmm….kenapa ya??Serasa semuanya dipermudah. Setelah tadi tidak jadi latihan upacara, apel jadi lebih cepat pula…..
HP sudah kuambil. Ibu pemilik Arema heran, tumben-tumbennya aku pesiar. Kukatakan saja sejujurnya, bahwa aku sedang berulang tahun, dan ingin refreshing keluar kampus. Beliau memaksaku untuk menunggu di dalam. Biasanya sih aku menurut saja, tapi entah mengapa hari itu aku ingin sekali menunggu di luar.
Baru beberapa detik melangkah dari luar Arema, aku dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang menurutku tidak biasa…..
Terlihat seorang kakek yang sangat renta mengangkat seikat besar ranting kayu baker sambil menyeberang jalan raya yang sangat ramai. (Kalian semua pasti sudah tahu jalan raya di depan TN ramainya seperti apa….) Cuaca hari itu sangat panas. Jam di arlojiku yang menunjukkan pukuk 11.00, adalah waktu dan cuaca yang sangat menyiksa bagi kakinya yang tidak mengenakan alas kaki barang sebenang pun. Hatiku terenyuh melihatnya. Kurogoh sakuku, ingin rasanya aku berlari dan membantu memawa bebannya. Tapi entah mengapa, langkahku serasa membeku. Tiba-tiba saja, seperti ada yang membisikiku, entah siapa….
Sudahlah….lihat saja apa yang dapat Kutunjukkan padamu….
Belum sempat aku mnyongsongnya, ternyata sudah ada seorang wanita yang mengulrkan tangannya, ang ternyata berisi sejumlah uang kepada kakek tua itu.
Lihat, Aku membuat dia memperoleh rezeki tanpa harus meminta-minta. Aku membuat dia sanggup berjalan di bawah teriknya matahari, meskipun tubuhnya sangat renta. Aku dapat membuat segala sesuatu menjadi mungkin asalkan kau mau berusaha dan tetap berpegang pada-Ku….
Tak terasa air mataku mengalir. Ya Tuhan, jadi ini yang ingin kau berikan padaku….
* * *
Sekarang aku sedang di dalam angkot, yang mengantarkanku ke alun-alun. Teman-temanku semua ingin pergi ke Trio Plaza , aku sih setuju saja, toh tidak ada yang ingin kukejar, apalagi kucari hari ini….
Puas melihat-lihat, kami akhirnya keluar. Aku tidak membeli apa-apa. Pada awalnya, aku hanya ikut-ikutan mereka untuk membelikan kakak dan abang sedikit tanda mata pada waktu P.A. Ya….sejenis kado laaahh…Hahaha…tragis sekali, aku yang berulang tahun, malah hari ini aku yang sibuk membeli kado….
Cepat-cepat kutepis perasaan itu secepat aku memakai baretku. Tiba-tiba saja mataku tertumbuk pada seorang lelaki yang sedang duduk di pinggir jalan. Sepertinya mengemis…tapi entah mengapa dia tidak mengeluh, apalagi memohon-mohon untuk meminta sepeser uang pada para pejalan kaki, tidak seperti yang dilakukan oleh seorang wanita yang berada tak jauh darinya. Padahal, jika dilihat, kondisi fisiknya, yakni kakinya yang hanya satu lebih memungkinkan dia untuk memelas daripada wanita yang masih segar-bugar tadi.Tanpa berpikir panjang, cepat-cepat kumasukkan beberapa lembar ribuan ke dalam kaleng si pengemis pria. Antara sadar ataupun tudak, serentetan kalimat seakan dibisikkan ke telingaku….
Oleh karena itu, kamu tidak perlu berbohong untuk mendapatkan sesuatu, apalagi sampai melakukan cara yang curang dan illegal. Berusahalah untuk jujur di setiap melakukan pekerjaanmu, karena lambat laun pun orang akan lebih menghargai pekerjaan orang yang jujur daripada pekerjaan seorang penipu ulung….
Lidahku tercekat. Ya Tuhan, pemandangan menakjubkan apalagi yang akan kau berikan padaku hari ini….Ini bahkan sudah yang kedua kalinya aku mendapatkan suatu hadiah yang sangat berharga….
* * *
Puas berjalan-jalan dan makan, kami memutuskan untuk pulang ke kampus. Sesampainya di depan kampus, aku terlebih dahulu mampir di Arema untuk menitipkan Hp. Merasa tidak enak dengan si empunya rumah, aku berniat untuk membeli beberapa jajanan yang dijualnya. Kulihat ada beberapa kantong es buah dijual. Langsung saja kusambar dan kubayar tanpa meminta kembaliannya. Sebagai upah telah menjaga Hp-ku, pikirku.
“Bu, saya mau sekalian titip Hp….”
“Oh ya mbak Santi…sini..sini..ikut Ibu….”
Haah?? Biasanya juga aku hanya tinggal menyerahkan pada beliau, dan beres. Tapi aku ikuti saja wanita paru baya itu masuk ke dalam rumahnya.
Beliau mengambil Hp dari tanganku, dan otomatis tanganku tetap terjulur untuk menerima nomor pengambilan. Tapi….
“Ini coklat untuk Mbak Santi…Selamat ulang tahun, ya…..Ibu doain semoga panjang umur….”ucapnya tulus sambil meletakkan dua batang besar coklat ke dalam genggamanku. Kupandangi wajahnya lekat-lekat. Senyumnya yang tulus belum hilang dari sana , yang memperlihatkan dengan jelas keriput kulitnya yang dimakan usia.
“Ta….Ta…Tapi, bu….Sa…Sa….”
“Ya sudah…” ujarnya masih dengan senyum penuh kedamaian. “Ibu tadi bingung mau kasih apa, jadi ibu kasih cokelat saja ya….Maklumlah, Cuma ini kemampuan ibu….”
“Ya ampun, Bu…..ini…ini…kan mahal….sa..saya kan tadi Cuma beli es buah Rp300 an....”
“Nggak apa-apa….ibu seneng kok bisa ngasih orang, apalagi Mbak Santi…diterima, ya…”ujarnya dengan penuh kasih saying sambil menggenggam tanganku.
“Nah….selamat ulang tahun, Mbak Santi…”
Aku memandang wajah penuh keriput ibu itu dengan pandangan yang berkaca-kaca. Ini kado pertamaku hari ini…. Coklat? Memang, harganya tidak terlalu mahal, tapi rasanya ini adalah barang yang terlalu mahal yang dapat dibeli oleh orang yang hanya mendapatkan keuntungan dari menjajakan es buah yang harganya tidak seberapa.
Lihatlah, bahkan orang yang berkekurangan pun masih mau memberi demi melihat orang lain bahagia. Jadi, jangan segan untuk memberikan apa yang kamu mampu berikan pada orang lain, jika emang itu dapat membuat dia bahagia…..
Suara yang sama membisikiku lagi. Tuhan, terima kasih atas penglihaan luar biasa yang telah kau berikan hari ini, ini adalah kado terbaik dan terindah yang pernah saya dapatkan seumur hidup saya. Ajar saya untuk selalu melakukan kebaikan-kebaikan itu, Tuhan….
* * *
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.20. Aku masih saja terjaga. Tentu saja bukan karena sibuk membuka kado-kado dari Kak Laura, Keluarga Yohanes, Kak Dea, Nurin, Restry, Helvy, atau yang lainnya, bukan. Yaa.. salah satunya itu juga sih. Habisnya, aku tidak menyangka akan diberikan kado sebanyak ini. Mana tadi secara ‘spesial’, namaku diumumkan di RKB lagi….(hehehe….) belum lagi ucapan selamat dari banyak orang yang kusayangi. Hmm…ternyata di sini pun aku dapat menemukan keluarga selayaknya keluargaku sendiri, yang tentunya sangat menyayangiku. Senyumku selalu terkembang setiap kali aku mengingat ucapan selamat dari mereka dan menatap hadiah-hadiah yang telah mereka berikan. Tapi, tentu saja bukan itu yang mengganggu pikiranku. Aku masih saja terbayang peristiwa-peristiwa yang spesial yang baru saja aku lewati. Kerja keras, kejujuran, dan memberi. Hmm…itulah 3 hal penting yang baru saja ‘dibungkus’ oleh Tuhan dan ‘dikirimkan’ secara apik padaku lewat peristiwa-peristiwa itu.
Terima kasih Tuhan, inilah yang paling aku butuhkan di usiaku yang sudah 16 tahun ini. Semoga aku dapat menjaga hadiah-Mu ini dengan baik, hingga selama-lamanya, Amin.
Good job! Lanjutkan ...
ReplyDeleteSalam dari Amsterdam,
Enade (Tn 5)
yg ksh cintany ad g san...
ReplyDeletebknny dl km tu isiny bljar thok aj...
aq jd pnsran...
siapa yg membuat rinna santi jatuh cinta wktu SMA...